NON-CANON

Antara Abu Dhabi dan Banteng Merah

Rusuh, rusuh, dan rusuh kala 12.12.

Farhan Muhammad Aditomo

--

Abu Dhabi di kala Malam. Photo by Kevin JD on Unsplash

“I love mayhem, you love mayhem, so everything gets a mayhem.”

Kombinasi musim dingin di Teluk Persia dan minuman Kratingdaeng tentu bisa jadi kombinasi yang bisa jadi layak, bisa juga tidak. Namun, kadang ketidaksengajaan tersebut dipertemukan di dalam satu kesempatan yang, bisa dibilang, cukup mengejutkan.

Tanggal 12 Desember alias 12.12 rupanya juga menjadi momen bagi para ‘Dewa-Dewi Olahraga’ — yang tidak saya percaya — untuk melempar fakta-fakta pahit kehidupan. Fakta yang sejatinya kerap dihadapi oleh sosok Dietrich Mateschitz nun jauh di negeri Austria sana kala memulai bisnis minuman kaleng cap Banteng Merah pada akhir dekade 1970an.

Semua kekacauan ini dimulai ketika penulis berkomentar mengenai hasil balapan terakhir Formula 1 musim ini. Balapan pamungkas tersebut berakhir dramatis kala pembalap Red Bull Racing- Honda, Max Verstappen berhasil menyalip legenda balap kulit hitam Lewis Hamilton di lap terakhir GP Abu Dhabi pada minggu malam waktu Teluk.

Dengan hasil ini, pria kelahiran Belgia tersebut menjadi line 97 kedua yang menjadi juara open-wheel racing.Sebelumnya, dari ajang IndyCar ,pebalap asli Katalunya, Alex Palou secara mengejutkan melewati raihan poin dari Patricio O’Ward, Josef Newgarden, dan Scott Dixon di GP Long Beach, medio September silam.

Lantas, Red Bull Racing akhirnya melepas dahaga mereka setelah terakhir kali meraih gelar juara pada musim 2013 silam. Namun, balapan ini tercoreng oleh keputusan kontroversial pada lima lap terakhir yang dicetuskan oleh Michael Masi, Race Director F1.

Kejadiannya cukup lucu. Nicholas Latifi, yang tampaknya dijadikan tumbal ideologis oleh tim kota kelahirannya, Toronto Blue Jays — mengingat mereka hampir saja masuk ke MLB Playoffs edisi 2021 meski harus terjungkal di hari terakhir — harus keluar balapan. Peristiwa naas pebalap tim semenjana, Williams ini menyebabkan safety car harus turun ke sirkuit dan mengawal duet HAM-VER di barisan terdepan pebalap.

Naas, seperti permainan anak-anak Korea Selatan di seri Netflix Squid Game, kesempatan hanya datang kepada penganut saklek adagium Fortis Fortuna Adiuvat.Verstappen, salah satu harapan dunia balap Negeri Oranye bersama Rinus-yang-bukan-Michiels alias Rinus van Kalmthout di IndyCar, tentu tak menyia-nyiakan kesempatan jadi orang brengsek tersebut.

Di belahan dunia lain,New York Red Bulls, sebagai salah satu investasi Mateschitz yang paling ‘bodong’ tentu senang bukan kepalang meski baru saja menelan pil pahit .Maklum, beberapa waktu sebelum balapan di Abu Dhabi, rival sekota mereka, NYCFC yang dimiliki oleh City Football Group — konsorsium berisi penguasa Abu Dhabi — berhasil menjuarai MLS Cup.

Secara teknis, kekacauan 12.12 ini berawal dari gol bomber New York City, Taty Castellanos di menit ke-41. Portland yang tampil tanpa legenda klub Diego Valeri harus menunggu hingga pertandingan hampir berakhir kala striker Felipe Mora memanfaatkan Fergie Time untuk menyeret tim hijau daun-hijau lumut tersebut lebih dekat ke gelar kedua MLS mereka.

Sayang seribu sayang, mereka harus menerima bahwa penampilan kali ini tak ubahnya nelangsa Bayern München pada final Liga Champions UEFA edisi 2011–2012. Kegagalan Mora mengeksekusi penalti di babak tos-tosan rasanya bak kelengkeng busuk yang tak sengaja masuk ke kerongkongan bagi para Timbers Army serta seantero fans Red Bull untuk melihat penderitaan dari NYCFC.

Berikut video lengkapnya.

another member of the stable which succeed. via @MLS/YouTube

Keberhasilan NYCFC menjadi juara pertama New York sejak Murderers’ Row KW2-nya Yankees musim 2009 cukup mengejutkan.Bagaimana tidak, NYCFC menghabiskan laga kandang mereka di Yankees Stadium di Bronx, Citi Field di Queens, serta kandang NYRB.

Dua lapangan bisbol retro-classic yang tak didesain untuk multiolahraga, dan lapangan rival sekota tentu jauh dari kata layak, apalagi ideal bagi satu tim sepakbola. Terlepas dari keterbatasan tersebut, keberhasilan dari didikan stable gulat milik City Football Group dan gelontoran dana yang tak semestinya dari keluarga Steinbrenner akhirnya berbuah manis, terlebih tim ini mengalahkan baik NYRB dan pecundang abadi wilayah New England, NE Revolution dalam rangka menjadi kampiun.

Banteng Merah blasteran Thailand-Austria. Photo by Marcel Strauß on Unsplash

Dapat disimpulkan bahwa semuanya terjadi dengan adanya alasan. Rivalitas berbeda di sepak bola dan balap mobil,nyatanya, tak jauh-jauh dari kata elit karena masih melibatkan perkumpulan Banteng Merah asal Austria dan sosok penguasa Abu Dhabi di Uni Emirat Arab.

Farhan Muhammad Aditomo is a lifelong baseball fan who also happened to found love in other sports such as combat sports, motorsports, association football, and gridiron football. He aspires to make a living out of the texts about people within the sports. Worships Winnipeg Blue Bombers and Winnipeg Jets, but probably not Valour FC. “May the 24th be with you” is his slogan.

--

--